Tuesday, March 3, 2015

[Hikmah 3] Koin Penyok

Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi keuangan keluarganya morat-marit. Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu. Ia membungkuk dan menggerutu kecewa. 

"Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok."
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank. "Sebaiknya koin in dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran. Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai Rp 300 ribu.

Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu tersebut seharga Rp 300 ribu dan beranjak pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih tersebut, melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari seharga Rp 1 juta untuk ditukar dengan kayu tersebut. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu.

Dalam perjalanan dia melewati sebuah perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu dan menawarnya sebanyak Rp 2 juta. Lelaki itu ragu-ragu. Si wanita tersebut menaikkan tawarannya menjadi Rp 2,5 juta. Lelaki itupun setuju.

Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai Rp 2,5 juta. Tiba-tiba seorang perampok datang dan mengacungkan belati serta merampas uang itu lalu kabur.

Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya kemudian bertanya,
"Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil perampok tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi".

Bila kita sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan? Sebaliknya, sepatutnya kita bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang & pergi kita tidak membawa apa-apa. Menderita karena melekat. Bahagia karena melepas.

Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan, apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini? Tidak ada, karena bahkan napas kita saja bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya.

Hidup itu perubahan dan pasti akan berubah. Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan pernah menyakitkan Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an. Ke"aku"an lah yang membuat kita menderita.

Rumahku, hartaku, istriku, anakku. Lahir tidak membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak ajak apa-apa dan siapa-siapa. Pada waktunya siapapun yang bisa melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat maka dia akan bahagia.

Semoga bermanfaat.

Disarikan dari berbagai sumber

No comments:

Post a Comment