Wednesday, April 15, 2015

Rahasia Baila


Rahasia Baila
Entah kenapa, sejak dari pertama kenal Baila, aku tidak pernah menyukainya. Bukan karena dia lebih jago matematika dariku, atau karena dia juara kelas. Bukan, bukan itu! Di kelas ini, tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkanku dalam olimpiade matematika apalagi juara umum!
Pasti kalian pikir, aku tidak menyukai Baila karena dia cantik? Karena dia punya barang-barang yang bagus? Atau karena dia punya uang jajan yang banyak? Duuh, bukan karena itu semua teman! Baila bahkan tidak miliki semua itu, dia hanya anak perempuan biasa saja, tidak bule indo seperti aku. Apalagi soal barang yang dipakainya, semua biasa saja, seperti kebanyakan orang. Dan, tentu saja juga Baila tidak punya uang jajan yang banyak, seperti yang ada di dalam dompet biru Fozenku. Dia malah selalu bawa bekal ke sekolah.
Terus kenapa, aku tidak menyukainya? Bahkan tidak ada satu halpun pada Baila yang mampu menyaingiku? Ya, itu dia! Justru aku tidak menyukai Baila karena kebersahajaannya. Aku aneh? Mungkin sekarang kalian bilang begitu tapi baiklah aku akan ceritakan kelanjutannya..
smile emoticon
Setiap pagi, Baila yang berkulit sedikit gelap itu pasti datang lebih awal dari teman yang lainnya. Dia membawa banyak termos-termos kecil di atas keranjang sepedanya. Keranjang yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar bisa membawa enam termos dengan baik. Termos itu dititipkan di warung-warung langganan juga di kantin sekolah. Baila menitipkan termos kecil berisi es buatan ibunya di warung-warung dan diambil kembali saat pulang sekolah. Es yang enak, meski aku membelinya tanpa sepengetahuan Baila dong!
Kalau hari panas, es Baila pasti laku keras dan dia akan tertawa senang. Tapi kalau mendung dan musim hujan, sudah dipastikan pula es Baila tidak akan habis, dan dia (tetap) akan tertawa senang. Itu hal yang aku tidak suka pada Baila!
Baila itu tidak jago dalam semua mata pelajaran, standar dan biasa saja, paling hanya tuntas KKM saja, tapi semua guru menyukainya. Dan lagi-lagi dia akan tersenyum, hal yang aku tidak suka. Begitu pula teman-teman, apa serunya coba main sama Baila? Tapi hampir seisi sekolahan senang padanya. Dan dia tersenyum lagi.
smile emoticon
Hari Senin, itu adalah hari yang sangat bersejarah buatku. Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua bergegas pulang ke rumah. Tapi sampai angka 2 di jam tanganku, Pak Rudi sopirku belum juga datang menjemput. Aku berkali-kali mengecek hapeku, tidak ada balasan sms dan bbm dari Pak Rudi.
"Huh! Kemana dulu sih sopir pemalas itu?" dengusku dengan kesal
"Heeei, Freya? Kok, kamu masih di sekolah?" sebuah suara terdengar dari arah belakangku. Mmm, apa pedulinya sih anak itu? Dia si Baila!
"Jangan sok perhatian! Kepo!" sahutku makin kesal
"Nih! Buat ngilangin haus." Baila memberikan dua es kepadaku. Sebenarnya aku mau banget, apalagi udah siang banget seperti ini, haus dan lapar sekali. Tapi tidak, aku kan enggak suka liat Baila!
"Huh!" kataku melengos
"Freya, rumah kamu jauh ya?" Baila masih saja mengajakku ngobrol.
Duh, kenapa sih anak ini kepo banget jadi orang! Ngeselin banget deh. Tapi, dia ngapain juga masih di sekolahan ya?
"Eh Baila, kok masih di sini?" tanyaku
"Nemenin kamu!" jawab Baila tersenyum
"Haaa? Nemenin aku?"
"Aku liat kamu masih ada dan sendirian, jadi temenin aja sampai sopir kamu datang, hehhehe.." jawab Baila dengan senyum (yang baru aku sadari, itu manis sekali)
Aku tertegun mendengar jawaban Baila. Bukannya aku dan dia selama ini enggak akrab? Bahkan kadang aku terang-terangan memperlihatkan tidak sukaku pada dia. Tapi...
"Freya, kamu nunggu sopirnya di rumahku aja yuk! Pasti sekarang kamu udah lapar banget." ajak Baila padaku.
"Mmm, emang rumah kamu di mana?" tanyaku pada Baila
"Itu, dekat kok dari sini, yuuk!" Baila menarik tanganku.
smile emoticon
Aku tidak tahu, apakah kejadian hari Senin ini adalah cara Tuhan untuk membukakan mata hatiku, agar dapat melihat sesuatu dengan cara yang berbeda.
Rumah Baila sangat sederhana, dia punya tiga adik yang masih kecil. Ayah yang lumpuh akibat kecelakaan setahun yang lalu dan seorang ibu yang selalu tersenyum dengan tulus.
Berada sesaat saja di rumah Baila, membuat aku yang masuk kategori anak jenius ini, merasa seperti butiran debu.
Bagaimana tidak? Aku miliki segalanya bahkan berlimpah. Aku punya Mom and Dad yang hebat, yang bekerja siang malam untukku, bahkan saking sibuknya jarang aku bertemu dengan mereka. Aku juga tidak perlu berbagi apapun dengan saudaraku, karena aku anak tunggal.
Pantas saja, Baila selalu tersenyum dengan semua harinya, dengan semua apa adanya dia, karena dia.. Dia, Baila miliki surga di rumahnya.
‪#‎Tag‬ Kak Sekar ChamdiSurga Dirumahmu, finally the last duty as Duta Film Ada Surga Di Rumahmu smile emoticon

No comments:

Post a Comment