27 March at 11:17
Ckiiit! Bruk.
Tatapan mataku seketika menjadi buram. Ingin rasanya berteriak, memberitahu kepada seluruh dunia, bahwa aku sakit luar biasa. Lama-lama, dunia menjadi gelap. Suara indah seketika sirna. Dan kini, tak ada lagi yang bisa kuceritakan padamu tentang sekelilingku. Karena semuanya, seakan lenyap.
***
Kecelakaan kala itu membuat hidupku berubah. Mataku menjadi buta karenanya. Tak hanya fisikku yang berubah, tapi rasa sayangku pada Mama berubah. Dulu yang kuanggap sebagai malaikat hidupku, kini tak lagi berarti apa-apa. Aku sangat benci pada Mama.
“Huh, Mama nyetir mobilnya enggak bener. Gara-gara Mama, aku jadi buta gini. Atau, Mama malah sengaja maungebunuh aku,” gumamku. Teringat kembali detik-detik peristiwa buruk dalam hidupku. Ya, detik-detik kecelakaan yang menimpaku. Bersamaan dengan itu, suara langkah kaki terdengar. Semakin lama, suara itu semakin terdengar. Siapa ya,itu?
“Nayla, sayang… sekarang makan yuk,” ucap seseorang. Bertepatan dengan itu, suara langkah tak terdengar lagi. Itu tandanya, suara langkah kaki itu adalah suara langkah orang yang sekarang berada di dekatku! Ah, itu Mama! Aku menggeleng kuat.
“Ayolah, Nay. Makan ya?”
“Kenapa sih, Mama maksa gitu? Apa jangan-jangan Mama mau ngeracunin aku ya? Memanfaatkan keadaan. Sekarang kan aku buta, jadi Mama bisa ngeracunin atau ngerjain aku sesuka hati,” balasku ketus. Mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur kesal sama Mama.
“Enggak kok sayang,” terdengar suara lembut yang menggetarkan jiwaku. Mama…., batinku. Kasihan juga ya, Mama. Kan Mama yang udahmengandungku dengan rasa sakit yang luar biasa, melahirkanku, dan merawatku.Apalagi sekarang Papa udah enggak ada, jadi Mama yang mencari nafkah, lanjutku membatin. Eh, tapi… apa suara lembut itu hanya rekayasa agar aku bisa makan itu? Keterlaluan. Aku meraba-raba. Segera saja aku pecahkan mangkuk yang dibawa Mama. Pyaaaar!
Sepertinya mangkuk itu pecah. Biarlah.Biar Mama yang membereskannya. Beberapa detik kemudian, terdengar suarateriakan dan tangisan. Aku mengabaikannya dan bergegas tidur.
***
Pagi ini, aku ditugaskan oleh Tante Nisa untuk membereskan gudang. Mungkin kamu heran, mengapa aku bisa disuruh membereskan gudang. Karena, dua minggu yang lalu, aku sudah dioperasi. Ada seseorang yang mendonorkan matanya untukku. Jadi, sekarang aku bisa melihat semuanya. Sambil beres-beres, aku bersenandung ceria.
“Mungkin Mama benar-benar tidak sayang padaku. Masa, oranglain rela mendonorkan matanya untukku, tapi Mama malahenak-enakan ke Singapura? Pake menitipkan aku kepada Tante Nisa lagi,” ucapku. Eh, buku diary siapa itu? Apa itu diaryku dulu? Karena penasaran, aku segera membukanya. Di halaman terakhir….
Hari ini aku benar-benar sedih. Anakku yang dulu adalah penyejuk jiwa, sekarang seakan menjadi pedang penusuk jiwa. Kemarin, ia berkata padaku dengan ketus danmemecahkan mangkuk yang kubawa. Ketika aku hendak mengambil kain pel, telapak kakiku terkena pecahan mangkuk itu. Darah mengalir dengan banyaknya, hingga akuberada di sini, rumah sakit.
Sebenarnya aku tidak ingin di siniterus, karena aku kangen anakku. Meskipun anakku telah membuat jiwaku terluka,tapi aku sangat sayang. Bahkan aku semakin sayang. Hmm, besok, aku ingin mendonorkan mataku untuk Nayla. Agar bidadari kecilku bisa melihat dunia dengan senyuman indahnya.
--Syfa---
“Jadi…?” aku tak percaya. “Iya, benar. Pendonoran mata itu membuat Mamamu meninggal. Kak Syfa alias almarhumah Mamamu berpesan sebelum mendonorkan matanya pada Tante, agar Tante menghibur kamu. Begitu. Dankamu tahu, Mamamu sebenarnya menangis tiada henti memikirkanmu,” cerita TanteNisa. Mulai dari situ, tangisanku meledak. “Ma, aku cinta Mama,” bisikku pelan di antara tangisku.
No comments:
Post a Comment