Wednesday, April 8, 2015

Pelangi Tanpa Warna


 Papa. Yups, Papa seorang nelayan dan Mama adalah seorang ibu rumah tangga. Aku sangat menyayangi Papa dan Mama.
  Mataku berkelana, mencari sesuatu. Sesuatu yang tak kunjung muncul. Sesuatu yang sangat kutunggu-tunggu. Mengapa tidak ada pelangi? Bukankah pemandangan pagi itu indah, apalagi dihiasi pelangi. Pasti tambah indah.
  “Ma, suatu saat nanti pasti aku,Papa, dan   Mama bisa bermain di pelangi itu. Di sana kita juga menari dan berbagi banyak  hal,” ujarku seraya menerawang ke masa depan.
***
    Pelangi muncul di bentangan langit yang sangat luas. Begitu indah mempesona, namun suskses membuatku mengeluarkan air   mata. Teringat kembali kenangan kelam itu. Ketika tsunami Aceh melanda padatahun 2004. Tsunami itu merampas nyawa kedua orangtuaku. Sampai sekarang, tahun 2015, Papa belum ditemukan.

    Waktu itu, aku masih ingat. Di posko tsunami, Mama tergeletak lemah. Aku yang ada di sampingnya tak bisa apa-apa. Hanya menangis. Karena kaki kiriku, harus diambil karena kalau tidak diambil dapat menyebar ke seluruh badanku. Pasti kau bertanya-tanya. Mengapa bisa begitu? Kakiku mati rasa karena tsunami. Dan pada saat itu, ketika aku menengok ke arah Mama, ia berkatapelan, “Nurul, pasti nak. Kita bisa bermain,menari, dan berbagi banyak hal di pelangi,”

   Pada saat aku berkata akan bermain di pelangi, umurku belum genap empat tahun.
 “Dan, juara pertama diraih oleh…… Nurusysyfa  Al-Kautsari dari Aceh,” suara mc  membuyarkan lamunanku. Aku celingak-celinguk.  Suara tepuk tangan menggema, membuat pertanyaanku tidak terjawab.
  “ Nurul, kamu menang.” Beritahu Alya,finalis olimpiade IPA dari Sulawesi Tenggara. Sungguh tidak percaya aku. Sambil  terus memanjatkan syukur, aku maju ke depan panggung. Mataku melihat setiap    sudut yang ada di depanku. Semua finalis-finalis itu bertepuk tangan. Aku akhirnya bisa mendapatkan piala,uang,piagam, medali, dan mewakili Indonesia di   olimpiade Internasional.  Aku mengerjap-ngerjapkan   mata, berusaha untuk tidak mengeluarkan air mata. Selama ini aku dibully, diejek karena kekurangan fisikku,tapi akhirnya bisa kubuktikan…..
***
   Paris di Prancis. Sebuah kota yang terkenal,  disebut dengan kota Mode. Semua mode di berbagai Negara berkiblat di sana. Dan  kini, aku berada di Paris. Menghadiri acara olimpiade tingkat Internasional   mewakili Indonesia. Paris, sebuah kota yang aku dan Papa Mama impikan setelahkota Mekkah. Saat hidup, Aku,Papa, dan Mama hanya bisa ke Mekkah saja,melaksanakan umrah. Tapi, belum sampai ke Paris.
  Ma, Pa… aku cinta Mama dan Papa. Tapi, bagaimana aku ekspresikan cintaku  ini? Andai saja mama dan papa masih ada, batinku.
  “Ma, suatu saat nanti pasti aku,Papa, dan Mama bisa bermain di pelangi itu. Di sana kita juga menari dan berbagi banyakhal,” seakan terdengar suara seseorang. Kalimatnya mirip apa yang kukatakan  ketika aku berumur tiga tahun. Mungkin, sekarang aku berada di pelangi. Pelangi kehidupan dan ini puncaknya. Kesuksesanku untuk mewakili Indonesia. Tapi, kalau ini diartikan sebagai pelangi, mungkin kurang sempurna. Pelangi tanpa warna tepatnya. Karena, tidak ada Mama dan Papa di sampingku..

No comments:

Post a Comment