Friday, April 3, 2015

Aku Adalah Akar

Ditulis oleh: Queen Aura (Penulis KKPK)
27 March 2015 at 09:53


"Alhamdulillah.." bunda berucap syukur.
Semua yang ada di ruangan itu bertepuk tangan dengan gempita. Aku, adikku dan Ayah tersenyum bangga menyaksikan kakak yang berdiri dengan anggun saat menerima piala kemenangannya.

Ya, kakak kembali menjadi sang juara untuk yang kesekian kalinya. Buat kakak menjadi pemenang itu sudah suatu hal yang mudah. Lemari di rumah pun penuh sesak oleh piala dari berbagai macam jenis perlombaan. 

Di balik perasaan bangga memiliki kakak yang hebat terselip juga sedikit perasaan iri. Bagaimana tidak iri, kalau hal yang sangat sukar bagiku begitu mudah buat dia? Apalagi kalau di mata pelajaran matematika, guruku yang dulunya juga menjadi guru kakak dengan senang hati membandingkan aku dan kakak di hadapan teman sekelasku. Atau pada acara keluarga besar kami ngumpul, semua pasti memuji kakak dan ujungnya lagi-lagi tertuju padaku..

"Wah, Rin begitu hebat! Kamu gimana Ra, belum pernah nih denger si Aira juara apapun heheheheee..." itu hanya satu contoh kalimat yang menusuk-nusuk ulu hatiku.

Tapi, sepertinya pujian itu akan terus mengalir kepada kakak dan juga adik. Sejak adik telah pandai membaca di usia tiga tajun, perkembangannya begitu luar biasa. Barangkali adikku memang termotivasi dari kakak. Dan, lagi-lagi aku akan jadi Aira yang hanya penonton di pinggir panggung. Menyaksikan kakak dan adik yang bersinar dengan prestasinya.

Aku kembali meletakan piala itu ke tempatnya. Hari ini adalah jadwalku membersihkan rumah kami yang mungil. Aku termangu memandang deretan piala itu yang tiga diantaranya punya adik.

"Aira, kok malah melamun?" tiba-tiba bunda sudah asa dekatku.
"Eh, mmm... Bunda, maafin Aira ya belum bisa mwmbanggakan bunda dan ayah seperti kakak dan adik.." kataku dengan lirih
"Siapa bilang, Aira enggak buat bunda dan ayah bangga?" kata bunda penuh senyum
"Tapi kan di lemari ini belum ada piala atas namaku, bunda."
"Hmmm, sayang, piala itu memang buat bangga, tapi bukan satu-satunya kebahagiaan buat bunda dan ayah. Tapi ada yang lebih berarti dari itu semua!" kata bunda mengelus rambutku yang panjang.
"Tapi kan Aira belum bisa membanggakan.."
"Justru bunda sangat bangga pada Aira!"
"Ahh bunda hanya menghibur Aira, kan?"
"Sayang, buat bunda dan ayah memiliki kalian bertiga itu seperti punya sebatang pohon yang kuat!" kata bunda dengan mata bersinar bahagia.
"Maksud bunda?"
"Iya, sebatang pohon yang kuat dan kokoh itu butuh akar yang kuat dan tidak perlu terlihat! Kalau kakak dan adik adalah bunga dan buah yang tampak bagus dan memikat, maka Aira adalah akarnya! Tanpa akar, sebatang pohon jangankan berbunga dan berbuah, tumbuh aja enggak bisa." bunda berkata panjang lebar sambil memelukku erat.

Aku tetap saja butuh waktu yang lama untuk mengerti apa yang dikatakan oleh bunda. Tapi yang jelas sekarang aku senang dan mengerti, kalau aku ternyata juga membanggakan bunda dan ayah meski tanpa piala.

No comments:

Post a Comment